Kapang

Kapang

Kapang adalah sekelompok mikroba yang tergolong dalam fungi dengan ciri khas memiliki filament (miselium).Kapang termasuk mikroba yang penting dalam mikrobiologi pangan karena selain berperan penting dalam industri makanan, kapang juga menjadi penyebab kerusakan pangan.Jumlah dan jenis kapang dalam suatu makanan, dapat menentukan apakah makanan tersebut layak dikonsumsi.

Pengertian dan Ciri-Ciri Kapang

Banyak istilah yang dipergunakan untuk menyebut jamur atau fungi, seperti cendawan, kapang, lapuk atau khamir. Jamur yang berbentuk filament disebut kapang, sedangkan khamir biasanya untuk sebutan yang uniseluler dan yang lebih mencolok penampilannya disebut jamur, misalnya jamur merang, jamur kelentos, dan jamur hijau. Kapang adalah mikroba yang tergolong dalam fungi memiliki lebih dari satu sel berupa benang benang halus yang disebut hifa, kumpulan hifa disebut miselium, dan berkembang biak dengan spora. Kapang termasuk mikroba yang penting dalam mikrobiologi pangan karena selain berperan penting dalam industri makanan, kapang juga banyak menjadi penyebab kerusakan pangan.
Berikut merupakan ciri-ciri kapang : 
  1. Merupakan organisme yang tidak berklorofil, oleh karena itu bersifat heterotrof. Hidup sebagai parasit, saprofit, dan ada pula yang bersimbiosis. 
  2. Bersifat eukarion (mempunyai inti yang sejati), yaitu materi inti dibungkus oleh membran inti.
  3. Ada yang bersel tunggal dan ada pula yang bersel banyak, yang bersel banyak berbentuk benang atau filamen. Berdasarkan sifat tersebut ukuran jamur sangat bervariasi dari yang sangat kecil (mikroskopis) sampai yang berukuran cukup besar (makroskopis). 
  4. Berkembang biak secara vegetatif dan generatif. 
  5. Menyenangi lingkungan yang agak asam, kurang cahaya, terutama di tempat-tempat lembab yang mengandung zat organik. 
  6. Fungi yang bersel banyak tubuhnya tersusun dari benang-benang yang disebut hifa, yang berdiameter 5-10 mikrometer. Hifa dapat bercabangcabang membentuk anyaman yang disebut miselium. Pada beberapa fungi, dinding sel atau dinding hifa mengandung selulosa, tetapi pada umumnya terutama terdiri atas nitrogen organik, yaitu kitin.

Jenis jenis Kapang

Kapang memiliki berbagai peran dalam kehidupan. Ada kapang yang bersifat menguntungkan ataupun merugikan.
Beberapa jenis kapang yang penting dalam mikrobiologi pangan antara lain: 

1) Rhizopus

Rhizopus sering disebut kapang roti karena sering tumbuh dan menyebabkan kerusakan pada roti. Selain itu, kapang ini juga sering dijumpai pada sayuran dan buah-buahan. Spesies Rhizopus yang sering tumbuh pada roti adalah Rhizopus stolonifer dan Rhizopus nigricans. Selain merusak makanan, Rhizopus juga berperan dalam pembuatan beberapa makanan fermentasi, misalnya Rhizopus Oligosporus dan Rhizopus Oryzae yang digunakan dalam fermentasi tempe dan oncom. 
Morfologi rhizopus dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Rhizopus

Rhizopus
Rhizopus
   
Dari gambar diatas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri Rhizopus antara lain:
a. Hifa nonseptat
b. Mempunyai stolon dan rhizoid yang berwarna gelap jika sudah tua
c. Sporangiofora tumbuh pada titik dimana terbentuk juga rhizoid
d. Sporangia biasanya besar dan berwarna hitam
e. Kolumela agak bulat dan apofisis berbentuk seperti cangkir
f. Tidak mempunyai sporangiola
g. Membentuk hifa vegetatif yang melakukan penetrasi pada substrat dan hifa fertil yang memproduksi sporangia pada ujung sporangiofora
h. Pertumbuhannya membentuk misellium seperti kapas 

2) Aspergillus

Aspergillus merupakan kapang yang tumbuh pada media dengan konsentrasi gula dan garam tinggi, oleh karena itu dapat tumbuh pada makanan dengan kadar air rendah. Salah satu jenis dari Aspergillus yang berperan dalam fermentasi beberapa makanan tradisional adalah Aspergillus oryzae. Jenis kapang ini digunakan dalam fermentasi tahap pertama pembuatan kecap dan tauco.
Aspergillus
Aspergillus
Dari gambar diatas, dapat kita lihat bahwa ciri morfologi Aspergillus antara lain : 
a. Hifa septat dan miselium bercabang, biasanya tidak berwarna, yang terdapat dibawah permukaan merupakan hifa vegetatif sedangkan yang muncul diatas permukaan adalah hifa fertil. 
b. Koloni kelompok 
c. Konidiofora septat dan nonseptat 
d. Konidiofora membesar menjadi vesikel pada ujungnya 
e. Sterigmata biasanya sederhana berwarna atau tidak berwarna 
f. Konidia membentuk rantai yang berwarna hijau, coklat, atau hitam 
g. Beberapa spesies tumbuh baik pada suhu 37"C atau lebih

Mutu Produk dan Jumlah kapang

Kapang dapat bersifat menguntungkan dan merugikan.Beberapa jenis kapang bersifat merugikan karena kapangmembentuk mikotoksin yang dikenal sebagai penyebab keracunan akut (Depkes RI, 1998).Salah satu contoh mikotoksin yang diproduksi oleh kapang yang sering mencemari makanan adalah Aflatoksin.Toksin ini dihasilkan oleh kapang Aspergillus flavus dan mencemari bahan makanan seperti kacang-kacangan, jagung, dan serealia. 
Berbeda dengan toksin yang diproduksi oleh bakteri, mikotoksin pada umumnya tidak menyebabkan penyakit yang bersifat akut. Tetapi timbulnya penyakit biasanya disebabkan oleh konsumsi mikotoksin dalam jumlah kecil secara berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama
(Supardi, 1999) 
Keadaan makanan yang telah ditumbuhi kapang yang tidak diinginkan pada permukaannya menandakan bahwa makanan tersebut tidak aman untuk dikonsumsi.Membersihkan kapang pada makanan melalui pencucian tidak dapat mengurangi kemungkinan bahaya yang timbul karena toksin yang diproduksi oleh kapang selama pertumbuhannya dapat terserap ke bagian dalam makanan.Umumnya mikotoksin bersifat tahan panas, sehingga pengolahan atau pemanasan tidak menjamin hilangnya atau berkurangnya keaktifan mikotoksin yang ada.

Total Plate Count (TPC)

Total Plate Count (TPC)

Prinsip dari metode hitungan cawan atau Total Plate Count (TPC) adalah menumbuhkan sel mikroorganisme yang masih hidup pada media agar, sehingga mikroorganisme akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode ini merupakan metode yang paling sensitif untuk menentukan jumlah mikroorganisme.Dengan metode ini, kita dapat menghitung sel yang masih hidup, menentukan jenis mikroba yang tumbuh dalam media tersebut serta dapat mengisolasi dan mengidentifikasi jenis koloni mikroba tersebut. 
Pada metode ini, teknik pengenceran merupakan hal yang harus dikuasai.Sebelum mikroorganisme ditumbuhkan dalam media, terlebih dahulu dilakukan pengenceran sampel menggunakan larutan fisiologis.Tujuan dari pengenceran sampel yaitu mengurangi jumlah kandungan mikroba dalam sampel sehingga nantinya dapat diamati dan diketahui jumlah mikroorganisme secara spesifik sehingga didapatkan perhitungan yang tepat.Pengenceran memudahkan dalam perhitungan koloni (Fardiaz, 1993). Menurut Waluyo (2005), tahapan pengenceran dimulai dari membuat larutan sampel sebanyak 10 ml (campuran 1 ml/1gr sampel dengan 9 ml larutan fisiologis). Dari larutan tersebut diambil sebanyak 1 ml dan masukkan kedalam 9 ml larutan fisiologis sehingga didapatkan pengenceran 10-2. Dari pengenceran 10-2 diambil lagi 1 ml dan dimasukkan kedalam tabung reaksi berisi 9 ml larutan fisiologis sehingga didapatkan pengenceran 10-3, begitu seterusnya sampai mencapai pengenceran yang kita harapkan.Secara keseluruhan, tahap pengenceran dijelaskan dalam gambar berikut ini.
Teknik pengenceran Sampel
Teknik pengenceran Sampel
Setelah dilakukan pengenceran, kemudian dilakukan penanaman pada media lempeng agar.Setelah diinkubasi, jumlah koloni masing-masing cawan diamati dan dihitung.Koloni merupakan sekumpulan mikroorganisme yang memiliki kesamaan sifat seperti bentuk, susunan, permukaan, dan sebagainya. Sifat-sifat yang perlu diperhatikan pada koloni yang tumbuh di permukaan medium adalah sebagai berikut: 
  • Besar kecilnya koloni. Ada koloni yang hanya berupa satu titik, namun ada pula yang melebar sampai menutup permukaan medium. 
  • Bentuk. Ada koloni yang bulat dan memanjang. Ada yang tepinya rata dan tidak rata. 
  • Kenaikan permukaan. Ada koloni yang rata dengan permukaan medium, ada pula yang timbul diatas permukaan medium. 
  • Halus kasarnya pemukaan. Ada koloni yang permukaannya halus, ada yang permukaannya kasar dan tidak rata. 
  • Wajah permukaan. Ada koloni yang permukaannya mengkilat da nada yang permukaannya suram. 
  • Warna. Kebanyakan koloni bakteri berwarna keputihan atau kekuningan. 
  • Kepekatan. Ada koloni yang lunak seperti lender, ada yang keras dan kering. 
Selanjutnya perhitungan dilakukan terhadap cawan petri dengan jumlah koloni bakteri antara 30-300.Perhitungan Total Plate Countdinyatakan sebagai jumlah koloni bakteri hasil perhitungan dikalikan faktor pengencer. 
Keuntungan dari metode TPC adalah dapat mengetahui jumlah mikroba yang dominan. Keuntungan lainnya dapat diketahui adanya mikroba jenis lain yang terdapat dalam contoh.Adapun kelemahan dari metode ini adalah: 
  • Memungkinkan terjadinya koloni yang berasal lebih dari satu sel mikroba, seperti pada mikroba yang berpasangan, rantai atau kelompok sel. 
  • Memungkinkan ini akan memperkecil jumlah sel mikroba yang sebenarnya. Kemungkinan adanya jenis mikroba yang tidak dapat tumbuh karena penggunaan jenis media agar, suhu, pH, atau kandungan oksigen selama masa inkubasi. 
  • Memungkinkan ada jenis mikroba tertentu yang tumbuh menyebar di seluruh permukaan media,sehingga menghalangi mikroba lain. Hal ini akan mengakibatkan mikroba lain tersebut tidak terhitung. 
  • Penghitungan dilakukan pada media agar yang jumlah populasi mikrobanya antara 30 – 300 koloni. Bila jumlah populasi kurang dari 30 koloni akan menghasilkan penghitungan yang kurang teliti secara statistik, namun bila lebih dari 300 koloni akan menghasilkan hal yang sama karena terjadi persaingan diantara koloni. 
  • Penghitungan populasi mikroba dapat dilakukan setelah masa inkubasi yang umumnya membutuhkan waktu 24 jam atau lebih. 
Uji Total Plate Count menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat diamati secara visual dan dihitung. Sebelum diuji di media padat, sampel terlebih dahulu harus diencerkan. Pengenceran sampel dilakukan terhadap sediaan yang akan didentifikasi kemudian ditanam pada media lempeng agar. Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada lempeng agar dihitung setelah inkubasi pada suhu dan waktu yang sesuai.Perhitungan dilakukan terhadap petri dengan jumlah koloni bakteri antara 30-300.Total Plate Countdinyatakan sebagai jumlah koloni bakteri hasil perhitungan dikalikan faktor pengencer. 
Teknik pengenceran sampel dilakukan pada metode cawantuang (pour plate). Pada metode tuang, sejumlah sampel dari hasil pengenceran sebanyak 1 ml dimasukkan kedalam cawan petri, kemudian ditambahkan media yang telah disterilkan sebanyak 15-20 ml. Kemudian cawan petri digoyang agar media dan sampel tercampur rata dan biarkan memadat. Hal ini akan menyebarkan sel-sel bakteri tidak hanya pada permukaan media yang kaya oksigen, tetapi ada pula yang tumbuh didalam media yang tidak begitu banyak mengandung oksigen. Secara keseluruhan tahap dalam metode cawan tuang (pour plate) ini dijelaskan pada gambar berikut.
Proses inokulasi bakteri, penuangan media dan penghomogenan larutan

Proses inokulasi bakteri, penuangan media dan penghomogenan larutan

Proses inokulasi bakteri, penuangan media dan penghomogenan larutan
Proses inokulasi bakteri, penuangan media dan penghomogenan larutan
Sementara pada metode lainnya yaitu metode goresan, proses penanaman bakteri hanya dilakukan di permukaan bakteri saja.Teknik ini menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi memerlukan keterampilan-keterampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Tetapi kelemahan metode ini adalah bakteri-bakteri anaerob tidak dapat tumbuh, karena goresan hanya dilakukan di permukaan media saja.
Pertumbuhan bakteri pada metode Spread plate dan Pour plate
Pertumbuhan bakteri pada metode Spread plate dan Pour plate

Pada gambar diatas dapat anda lihat bahwa pada metode goresan atau spread plate, bakteri hanya tumbuh pada permkaan media yang digores saja, sementara pada metode cawan tuang atau pour plate, bakteri tumbuh tidak hanya di permukaan media saja tetapi diseluruh bagian media.
Dalam melakukan teknik goresan harus memperhatikan beberapa hal berikut ini, antara lain:
  1. Gunakan jarum ose yang telah dingin untuk menggores permukaan lempengan media. Jarum ose yang masih panas akan mematikan mikroorganisme sehingga tidak terlihat adanya pertumbuhan mikroorganisme di bekas goresan. 
  2. Sewaktu menggores, jarum ose dibiarkan meluncur diatas permukaan lempengan. Media agar yang luka akan mengganggu pertumbuhan mikroorganisme, sehingga sulit diperoleh koloni yang terpisah. 
  3. Jarum ose harus dipijarkan kembali setelah menggores suatu daerah, hal ini dengan tujuan mematikan mikroorganisme yang melekat pada mata jarum ose dan mencegah kontaminasi pada penggoresan berikutnya. 
  4. Menggunakan tutup cawan petri untuk melindungi permukaan supaya terhindar dari kontaminasi. 
  5. Membalikkan lempengan media agar untuk mencegah air kondensasi jatuh diatas pemukaan media. 
Ada beberapa teknik penggesekan, yaitu

1. Goresan T
  • Lempengan dibagi menjadi 3 bagian dengan huruf T pada bagian luar cawan petri. 
  • Inokulasikan daerah I sebanyak mungkin dengan gerakan sinambung. 
  • Panaskan mata jarum ose dan biarkan dingin kembali. 
  • Gores ulang daerah I sebanyak 3-4 kali dan teruskan penggoresan pada daerah II 
  • Ulangi prosedur diatas untuk melakukan penggoresan untuk daerah III
Goresan T kuadran 3

Goresan T kuadran 3
Goresan T kuadran 3
2. Goresan Kuadran, teknik ini sama dengan goresan T, hanya lempengan agar dibagi menjadi 4
Goresan T  kuadran 4
Goresan T kuadran 4

3. Goresan Radian
  • Goresan dimulai dari bagian pinggir lempengan. 
  • Pijarkan mata jarum ose dan dinginkan kembali 
  • Putar lempengan agar 90 derajat dan buat goresan terputus diatas goresan sebelumnya 
4. Goresan Sinambung
  • Ambil satu mata ose suspense dan goreskan setengah permukaan lempengan agar 
  • Jangan pijarkan ose, putar lempengan 180 derajat, gunakan sisi mata ose yang sama dan gores pada sisa permukaan lempengan agar.

Goresan Sinambung
Goresan Sinambung

Perhitungan Koloni Bakteri

Untuk melaporkan analisis mikrobiologi digunakan suatu standar yang disebut “Standard Plate Count” yang menjelaskam cara menghitung koloni pada cawan serta cara memilih data yang ada untuk menghitung jumlah koloni dalam suatu contoh. Cara menghitung koloni pada cawan harus memperhatikan hal-hal berikut ini :
  • Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 25 sampai 250. 
  • Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloninya diragukan, dapat dihitung sebagai satu koloni. 
  • Suatu deretan atau rantai koloni yang terlihat seperti suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni. 
Sedangkan data yang dilaporkan sebagai Standard Plate Count (SPC) harus mengikuti peraturan sebagai berikut (SNI 01-2897-1992): 
  • Dipilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni antara 25-250 koloni.
Contoh:
Pengenceran
Cawan I
Cawan II
Keterangan
10-2

150

350

Yang memenuhi syarat perhitungan   adalah cawan 1 
10-3

20

35

Yang memenuhi syarat  perhitungan adalah
cawan II
Jumlah koloni rata-rata àJumlahkedua cawan yang memenuhi syarat dikalikan dengan faktor pengencerannya.
Perhitungan Total Plate Countadalah :
(150 x 1/10-2) + (25 x 1/10-3) =(150 x 102) + (25 x 103)
                              2                                                    2 
= 15.000 + 25.000 =20.000 
     2  
Maka jumlah koloni dalam 1 ml adalah 20.000 cfu/ml                 
  • Bila salah satu dari cawan petri menunjukkan jumlah koloni ≤25 atau ≥250 maka hitunglah jumlah rata-rata koloni, kemudian dikalikan dengan faktor pengencerannya . 
Contoh :
Pengenceran
Cawan I
Cawan II
Jumlah Koloni Rata-Rata
10-2
200
300
=(200 + 300) x 10-2
             2
= 250 x 10-2
10-3
15
25
= (15 + 25) x 10-3
2
= 20 x 10-3

Perhitungan Total Plate Count adalah :
= (250 x 1/10-2) + (20 x 1/10-3) = (250 x 102) + (20 x 103)
                                2                                                      2
= 25.000 + 20.000
                   2
= 22.500
                              Maka jumlah koloni dalam 1 ml adalah 22.500 cfu/ml
  •  Bila cawan-cawan dari dua tingkat pengenceran yang berurutan menunjukkan jumlah koloni antara 25-250 à hitunglah jumlah koloni dari masing-masing tingkat pengenceran, dikalikan dengan faktor pengencerannya dan rata-rata jumlah koloni dari kedua pengenceran tersebut. 
Contoh:
Pengenceran
Cawan I
Cawan II
Jumlah Koloni Rata-rata
10-2
215 

225 

= (215 + 225) x 10-2
              2
= 220 x 10-2
10-3
55

45

= (55 + 45) x 10-3
           2
= 50 x 10-3
PerhitunganTotal Plate Countadalah :
= (220 x 1/10-2) + (50 x 1/10-3) = (220 x 102) + (50 x 103)
                                2                                                      2
= 22.000 + 50.000
                   2
= 36.000
                              Maka jumlah koloni dalam 1 ml adalah 36.000 cfu/ml
  • Bila hasil perhitungan diatas, pada tingkat pengenceran yang lebih tinggi diperoleh jumlah koloni rata-rata ≥2kali jumlah koloni rata-rata pengenceran dibawahnya, maka dipilih tingkat pengenceran yang lebih rendah. 

  • Bila tidak satupun koloni tumbuh dalam cawan, maka Total Plate Count dinyatakan sebagai <1 dikalikan faktor pengenceran terendah.
  • Jika seluruh cawan menunjukkan jumlah koloni ≥250, dipilih cawan dari tingkat pengenceran tertinggi kemudian dibagi menjadi beberapa bagian atau sector (2,4, atau 8) dan dihitung jumlah koloni dari satu sektor
Selanjutnya ,Total Plate Count didapatkan dari hasil jumlah koloni dikalikan dengan jumlah sektor, kemudian dihitung rata-rata dari kedua cawan dan dikalikan dengan faktor pengenceran . 
    Contoh:
    Jumlah sektor : 4
Pengenceran
Cawan I

Cawan II

Jumlah Koloni Rata-rata  
10-2

Jumlah koloni à 100 x 4= 400 
Jumlah koloni à 150 x 4 = 600 
500 x 102
10-3

Jumlah koloni à 175 x 4 = 700 
Jumlah koloni à 200 x 4 = 800 
750 x 103

PerhitunganTotal Plate Countadalah :
= (500 x 1/10-2) + (750 x 1/10-3) = (500 x 102) + (750 x 103)
                                2                                                      2
= 50.000 + 750.000
                   2
= 400.000 = 40 x 104
Maka jumlah koloni dalam 1 ml adalah 40 x 104cfu/ml 

Cara Menghitung dan Membulatkan Angka

Dalam melaporkan jumlah koloni atau jumlah koloni perkiraan hanya 2 angka penting yang digunakan, yaitu angka yang pertama dan kedua. Pembulatan angka keatas dengan cara menaikkan angka kedua menjadi angka yang lebih tinggi jika angka ketika adalah 6,7,8,atau 9. Gunakanlah angka 0 pada masing-masing angka pada digit berikutnya. Pembulatan angka kebawah bila angka ketiga adalah 1,2,3, atau 4. Bila angka ketiga adalah angka 5, maka bulatkanlah keatas jika angka kedua merupakan bilangan ganjil atau bulatkan kebawah bila angka kedua merupakan bilangan genap.

inokulasi mikroba & isolasi mikroba


inokulasi mikroba & isolasi mikroba

Tujuan :
  1. Melakukan cara isolasi mikroba (memisahkan mikroba dari campurannya) 
  2. Melakukan inokulasi (penanaman) mikroba 
  3. Mengenal bentuk-bentuk koloni bakteri (melakukan identifikasi mikroba) 
Alat dan bahan
  1. Bahan 
    • Media PDA 
    • Media EMB 
    • Media SSA 
    • Media NB 
    • Daging 
    • Kapang 
    • Air Selokan 
    • Lactobacillus 
  2. Alat (Isilah Gambar Alat pada Tabel di Bawah ini!) 

Gambar alat
Nama alat

Mikroskop



Jarum Ose



Bunsen



Kaca preparat

Gambar alat
Nama alat




Tabung reaksi




Cawan Petri




Erlemneyer




c.       Prosedur kerja
1.      Cara Isolasi dengan Metode Penggoresan (the streak plate technique)
      Siapkan media yang sudah disterilkan dalam petridishyang steril, biarkan sampai dingin
      Ambillah 1 ose suspensi dari campuran dan goreslah kepermukaan media. Maksud dari goresan ini untuk mendapatkan deretan koloni yang dikehendaki dan
memudahkan isolasi selanjutnya
      Inkubasi selama 24-28 jam, amati koloni yang terbentuk
      Isolasikan masing-masing koloni dengan menanamkannya pada masing-masing medianya
      Isolasi ini dikerjakan 2-3 kali, sampai diperoleh kultur murni
      Bila telah mendapatkan kultur murni, inokulasikan kedalam media agar dalam tabung reaksi 

2.      Cara Inokulasi dalam Nutrient Broth
      Ambilah koloni B.subtilis/E.coli dengan ose steril (sebelumnya dipijarkan pada burner dan didinginkan sebentar), masukkan kedalam nutrient broth.
      Sebaiknya inokulasi delakukan dekat burner di dalam ruangan steril. Tangan kanan untuk memegang ose dan tangan kiri digunakan untuk memegang tabung reaksi steril yang berisi media nutrient broth steril. Sebelum dan setelah diinokulasi, bibir tabung reaksi dilewatkan diatas burner, (kapas penutup jangan diletakkan meja)
      Inkubasi selama 24-48 jam pada suhu kamar, amati gelembung/kekeruhan yang terjadi secara makroskopis dan secara mikroskopis

3.      Cara Inokulasi dalam Nutrient Agar
      Media nutrient agar tegak diinokulasi secara aseptik dengan biakan murni bakteri memakai jarum ose dengan cara menusuk kedalam nutrient agar
      Media nutrient agar miring diinokulasi secara aseptik dengan biakan       murni bakteri            memakai         jarum ose      dengan            cara menggoreskan bagian atas nutrient agar (goresan lurus)
      Inokulasi dalam cawan petri steril dilakukan dengan metode penggoresan atau metode taburan
      Metode taburan dilakukan sebagai berikut: sebanyak ± 10ml media nutrient agar dalam tabung reaksi (yang baru disterilkan / dicairkan), didinginkan hingga suhu ± 50OC, kemudian diinokulasi secara aseptik dengan biakan murni bakteri, kemudia tabung digojog dan dituangkan dalam cawan petri secara aseptik. Cara ini biasanya digunakan untuk menghitung bakteri
(metode pour plate)
      Inkubasikan selama 24-48 jam pada suhu kamar Amatilah         koloni-koloni yang    tumbuh           secara makroskopis/mikroskopis.
Hasil Pengamatan :
Gambar
Keterangan

Inokulasi pada media EMB Bentuk: 
              Warna: hijau metalic Pinggiran (tepi):
              Permukaan (elevasi):
              Struktur dalam:

Inokulasi pada media NB Bentuk:
      Warna:
      Pinggiran (tepi):
      Permukaan (elevasi):
      Struktur dalam:

Inokulasi pada media  PDA Bentuk:
      Warna:
      Pinggiran (tepi):
      Permukaan (elevasi):
      Struktur dalam :

Inokulasi pada media SSA Bentuk:
      Warna:
      Pinggiran (tepi):
      Permukaan (elevasi):
      Struktur dalam :